Kue Angku, Jajanan Tradisional yang Unik dan Sarat Makna

Kue Angku, Jajanan Tradisional yang Unik dan Sarat Makna

Halo Sobat pecinta kuliner nusantara! Apakah Sobat pernah mencicipi atau melihat kue mungil berwarna merah menyala dengan bentuk unik yang sering hadir dalam perayaan adat Tionghoa? Melansir dari laman dapuroma, kue itu bernama kue angku.

Meski berasal dari budaya Tionghoa, kue angku sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kekayaan kuliner Indonesia, terutama di daerah-daerah dengan akulturasi budaya yang kental seperti di Medan, Pontianak, dan Singkawang.

Nah, pada artikel kali ini, mari kita mengenal lebih dalam tentang kue angku, jajanan tradisional yang tak hanya lezat tapi juga sarat filosofi.

Asal Usul dan Makna Filosofis

Kue angku, atau dalam bahasa Hokkien dikenal sebagai “ang ku kueh”, secara harfiah berarti kue kura-kura merah. Warna merah dalam budaya Tionghoa melambangkan keberuntungan, kebahagiaan, dan kemakmuran. Sedangkan bentuknya yang menyerupai tempurung kura-kura mencerminkan panjang umur dan ketekunan.

Tak heran jika kue ini banyak ditemukan dalam momen-momen istimewa seperti perayaan ulang tahun, Imlek, hingga upacara syukuran bayi. Di balik bentuk dan warnanya yang mencolok, tersimpan harapan baik bagi siapa saja yang menikmatinya.

Bahan dan Proses Pembuatan

Sobat, kue angku umumnya dibuat dari tepung ketan yang lembut dan kenyal. Adonan kulitnya diberi pewarna alami merah (atau hijau dalam beberapa varian), lalu diisi dengan kacang hijau halus yang telah dimasak bersama gula dan santan. Isian ini memberi rasa manis yang tidak berlebihan dan cocok di lidah banyak orang.

Setelah dibentuk menggunakan cetakan khusus yang menghasilkan pola indah khas kue angku, kue ini lalu dikukus hingga matang. Bagian bawahnya biasanya diberi lapisan daun pisang agar tidak lengket serta menambah aroma yang menggoda.

Kini, varian isian kue angku makin beragam, mulai dari kacang tanah, kelapa, wijen hitam, hingga pasta kacang merah.

Cita Rasa yang Tak Lekang oleh Waktu

Sobat, kelezatan kue angku terletak pada kombinasi teksturnya yang lembut dan isian yang manis legit. Saat digigit, kulit ketannya akan langsung meleleh di mulut, diikuti oleh rasa manis yang menenangkan dari isian kacang. Tak heran jika jajanan tradisional ini tetap dicintai di tengah maraknya camilan modern.

Kue angku juga semakin mudah ditemukan. Tidak hanya di toko kue khas Tionghoa, kini banyak UMKM lokal yang memproduksinya dengan tampilan dan varian rasa yang lebih modern tanpa meninggalkan cita rasa aslinya.

Warisan Budaya yang Perlu Dilestarikan

Kue angku bukan sekadar makanan ringan, Sobat. Ia adalah simbol budaya, doa, dan harapan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dalam setiap gigitan, kita seolah ikut merasakan nilai-nilai kearifan lokal dan perpaduan budaya yang harmonis.

Sebagai bagian dari kekayaan kuliner Indonesia, sudah selayaknya kita ikut melestarikan keberadaan kue angku. Entah itu dengan membuat sendiri di rumah, membelinya dari pelaku usaha lokal, atau memperkenalkannya kepada generasi muda.

Jadi, Sobat, jika suatu saat Sobat melihat kue berwarna merah dengan bentuk unik di meja hidangan, jangan ragu untuk mencicipinya. Siapa tahu, kue angku itu sedang membawa doa baik untuk Sobat juga. Yuk, terus lestarikan jajanan tradisional seperti kue angku agar tidak lekang oleh zaman!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *